[Lzoonie] :Bank Indonesia akan membuat kebijakan untuk meningkatkan uang muka kredit pemilikan kendaraan bermotor demi menghindari terjadinya bubble (PENGGELEMBUNGAN) dalam sektor otomotif.
Hartadi A. Sarwono, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan dalam fase recovery, otomotif dan properti merupakan sektor yang pertumbuhannya sangat cepat sehingga berpotensi terjadi gelembung.
“Otomotif saat ini sudah terlihat bubble/penggelembungan. Nah properti kami kira tidak terlalu berpotensi bubble, tapi perlu diwaspadai,” ujarnya.
Menurut dia hal tersebut terlihat pada cepatnya pertumbuhan sektor otomotif di Indonesia yang didorong oleh pembiayaan oleh perbankan dan multifinance.
“Anda liat sendiri saja dijalanan, mobil dan motor saat ini sangat mudah mendapatkannya. Nah itu terlalu cepat,” ujarnya.
Untuk menghindari bubble, kata dia, bank sentral akan membuat kebijakan untuk menaikan uang muka atau down payment dari kredit kendaraan bermotor.
“Saat ini kalau mau beli mobil kan nasabah bayar uang muka 10% dan sisanya dibayar oleh bank. Untuk kedepan uang muka tersebut akan kamu perbesar,” ujarnya tanpa mau menyebutkan proyeksi batas minimal uang muka kedepan.
“Otomotif saat ini sudah terlihat bubble/penggelembungan. Nah properti kami kira tidak terlalu berpotensi bubble, tapi perlu diwaspadai,” ujarnya.
Menurut dia hal tersebut terlihat pada cepatnya pertumbuhan sektor otomotif di Indonesia yang didorong oleh pembiayaan oleh perbankan dan multifinance.
“Anda liat sendiri saja dijalanan, mobil dan motor saat ini sangat mudah mendapatkannya. Nah itu terlalu cepat,” ujarnya.
Untuk menghindari bubble, kata dia, bank sentral akan membuat kebijakan untuk menaikan uang muka atau down payment dari kredit kendaraan bermotor.
“Saat ini kalau mau beli mobil kan nasabah bayar uang muka 10% dan sisanya dibayar oleh bank. Untuk kedepan uang muka tersebut akan kamu perbesar,” ujarnya tanpa mau menyebutkan proyeksi batas minimal uang muka kedepan.
[GIRSANG] : Jika kebijakan ini benar-benar dijalankan, mungkin untuk roda empat akan terasa sekali dampaknya, sebab dalam pemasaran para pemegang merek produsen mobil/roda empat akan sangat membutuhkan bantuan dari lembaga-lembaga keuangan non-perbankan (consumer financing) untuk melayani masyarakat yang berkeinginan menggunakan fasilitas kredit. Contohnya untuk produk TOYOTA AVANZA,
Price Toyota Avanza in Surabaya as of May 1, 2011
AVANZA | IDR | Downpayment |
1.3 E Manual | 145,000,000 | 14.500.000 |
1.3 E Automatic | 155,825,000 | 16.000.000 |
1.3 G Manual | 161,400,000 | 16.500.000 |
1.3 G Automatic | 172,225,000 | 17.500.000 |
1.5 S Manual | 174,000,000 | 17.500.000 |
1.5 S Automatic | 184,825,000 |
Akan berapakah kenaikan downpayment yang akan di "anjurkan" oleh Bank Sentral ? laju pertumbuhan penjualan kendaraan roda empat selama ini sangat bergantung pada penjualan kredit, karena uang muka yang masih terjangkau. Apakah artinya pemerintah berkeinginan untuk menahan laju pertumbuhan penjualan kendaraan roda empat, atau pemerintah secara transparant mengakui kelemahannya alias "menyerah" karena pertumbuhan tersebut tidak dibarengi oleh laju pembangunan atau daya tampung jalan-jalan di negara kita ini, terutama di DKI Jakarta ?.
Lain halnya dengan roda dua/sepeda motor, seandainya Bank Sentral akan menaikkan uang muka untuk sepeda motor sampai dengan 15% pun angka ini masih bisa terjangkau oleh masyarakat menengah kebawah. Saat ini harga Sepeda motor baru berkisar antara Rp. 12.000.000 - Rp. 15.000.000 (harga sepeda motor massal) seperti produk Honda (beat, Revo, dll), Yamaha (Mio, Vega, Jupiter), Suzuki (Spin, axelo), dll. Masih terjangkau dengan bantuan subsidi ATPM (Rp. 200 Ribuan) + DEALER (Rp. 500 Ribuan) + PERUSAHAAN PENDANA (Rp.500 Ribuan), jadi untuk uang muka Rp. 1.800.000 - Rp. 2.250.000,- (DP = 15%), masyarakat hanya membayar uang muka murni sebesar Rp. 600.000,- s/d Rp. 1.050.000,-
0 komentar:
Posting Komentar