[Lzoonie] : Jumlah mutlifinance yang terjun ke lantai bursa masih dalam hitungan jari. Namun, tidak berarti kesempatan melantai di bursa kecil. Beberapa multifinance go publicmencatatkan performa yang baik.
Sepanjang 2010 terbilang sepi perusahaan pembiayaan (multifinance) yang mendaftarkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga tutup tahun 2010, tidak ada satu punmultifinance yang terdaftar di bursa. Meski demikian, tidak berarti multifinance enggan masuk bursa. Tidak berarti juga, menjadi anggota bursa tidak menarik bagi multifinance.
Berdasarkan data Biro Riset Infobank (birI), setidaknya ada 11 multifinance yang telah mencatatkan diri di bursa.
Mereka adalah
1.Adira Dinamika Multifinance,
2.BFI Finance Indonesia,
3.Clipan Finance Indonesia,
4.Wahana Ottomitra Multiartha (WOM Finance),
5.Mandala Multifinance,
6.Buana Finance,
7.Batavia Prosperindo Finance,
8.Trust Finance Indonesia,
9.Verena Multi Finance,
10.Danasupra Erapasific, dan
11.Indocitra Finance.
Awal tahun lalu sebenarnya Sinar Mitra Sepadan (SMS) Finance telah berniat untuk melakukan initial public offering (IPO) di bursa. Namun, langkah tersebut urung dilakukan lantaran sumber dana yang mereka butuhkan untuk melakukan ekspansi bisnis telah terpenuhi.
“Tahun 2010 kami memang berencana melakukan IPO. Namun, karena sumber dana sudah terpenuhi, kami urung melakukannya. Kami belum bisa memastikan kapan akan IPO karena masih melihat kondisi,” jelas Rudyanto Somawihardja, Direktur Utama SMS Finance, saat dihubungi Infobank, medio Desember 2010 lalu.
Bagi multifinance, masuk bursa merupakan satu langkah strategis untuk menambah kekuatan dari sisi sumber dana. Itu juga sekaligus alternatif lain untuk menggali sumber dana selain dari sektor perbankan.
Selama ini multifinance masih mengandalkan perbankan untuk memenuhi sumber dananya. Kerja sama yang terjalin antara multifinance dan perbankan tersebut dilakukan melalui skema join financing maupun channeling.
Dalam neraca perusahaan pembiayaan yang dirilis Bank Indonesia (BI) per Oktober 2010, pinjaman yang diterima multifinance sebesar Rp77,94 triliun. Perinciannya, Rp73,68 triliun berasal dari bank dan sisanya yang Rp4,25 triliun dari nonbank.
Itu artinya, kecenderungan multifinance untuk menarik dana dari bank lebih besar ketimbang dari alternatif lain. Padahal, jika multifinance mau melirik bursa, itu bisa menjadi sumber dana alternatif yang cukup menjanjikan.
Namun, pilihan untuk masuk bursa kembali ke multifinance-multifinance. Hal itu itu tergantung dari kebutuhan tiap multifinance dan tentunya tergantung pula dari ekspansi bisnis yang akan mereka lakukan.
Menggali sumber dana dari perbankan mungkin jauh lebih mudah dan cepat bagimultifinance. Apalagi jika multifinance sudah memiliki kerja sama yang cukup erat dengan bank. Di saat mereka membutuhkan sumber dana untuk ekspansinya, perbankan pun tak akan segan menggelontorkan dana.
Sepinya minat multifinance untuk bermain di bursa pada 2010 bisa jadi terkait dengan kondisi perbankan yang sangat bagus. Likuiditas perbankan yang melimpah membuatmultifinance tidak kesulitan mencari dana tambahan. Meminta bantuan perbankan pun menjadi pilihan ketimbang harus mengais dana dari sumber lain.
“Likuiditas perbankan masih cukup bagus. Cukup mudah mengambil (dana) dari bank. Jadi, kami rasa cukup dengan mengambil (dana) dari bank saja,” ujar Rudyanto Somawihardja, Direktur Utama SMS Finance, menjelaskan mengapa SMS Finance urung melakukan IPO.
Pada 2011 SMS Finance sepertinya masih akan mengandalkan dana perbankan untuk mendukung ekspansi bisnisnya. Menurut Rudy, sapaan Rudyanto Somawihardja, sumber dana dari bank lokal pun masih terus disiapkan untuk mendukung target pembiayaan yang mencapai sekitar Rp5 triliun. November lalu posisi pembiayaan SMS Finance berada di Rp3,3 triliun dari pembiayaan yang ditargetkan mencapai Rp3,5 triliun pada akhir 2010.
Meski likuiditas perbankan dalam kondisi baik, yang artinya menjamin kelancaran dana yang akan mengalir ke multifinance, bukan berarti minat multifinance untuk melantai di bursa surut. Kabar akan adanya multifinance yang go public pun bukan tidak mungkin akan kembali terdengar. Apalagi industri multifinance terus bertumbuh. Kebutuhan untuk terus melakukan ekspansi bisnis tentu juga akan semakin besar. Kondisi ini bisa mendorong multifinance untuk mencari alternatif lain dalam pendanaannya.
Apalagi, jika melihat pengalaman beberapa multifinance yang telah lebih dahulu bermain di bursa. Kinerja multifinance go public yang bagus tentu akan membuka kesempatan dan memberikan semangat bagi multifinance lain untuk ikut masuk bursa.
Sebut saja kinerja Adira Finance. Aset Adira Finance per Juni 2010 tumbuh sebesar 32,69% atau sekitar Rp4,64 triliun dari periode sebelumnya. Modal dan labanya pun mengalami pertumbuhan. Modal Adira Finance mencapai Rp3,03 triliun per Juni 2010 atau tumbuh 50,05% dari periode sebelumnya. Masih dalam pencapaian periode yang sama, laba Adira Finance tumbuh 21,75% atau sekitar Rp711 miliar.
Sama halnya dengan Adira Finance, WOM Finance yang telah listing di bursa sejak 2005 juga menuai kinerja yang terus membaik. Per Juni 2010 aset WOM Finance sebesar Rp2,84 triliun atau tumbuh 0,21% dari pencapaian Juni 2009. Dari sisi laba, laba WOM Finance melonjak 672,73% menjadi Rp85 miliar. Modalnya naik 42,31% menjadi Rp407 miliar per Juni 2010.
Menurut Suwandi Wiratno, Presiden Direktur WOM Finance, kendati telah mencatatkan diri di bursa sejak lama, porsi sumber dana WOM Finance tetap didominasi oleh dana perbankan. Alasannya, karena bisnis mereka yang terus berkembang sehingga membutuhkan kekuatan sumber dana yang memadai.
“Porsi perbankan tetap harus ada karena go public itu ‘kan hanya pencatatan saham. Pendanaan itu tetap dari itu (perbankan) karena kami itu terus berkembang,” ujar Suwandi kepada Infobank.
Kendati sahamnya sempat mengalami pasang surut, posisi saham WOM Finance saat ini terus membaik dan berada di kisaran Rp620 hingga Rp630 per saham. Dari sisi kinerja pun terus menunjukkan pertumbuhan. Per September lalu pembiayaan WOM Finance di kisaran Rp5,7 triliun atau sekitar 486.000 unit dengan perolehan laba sebesar Rp128 miliar.
“Kesempatan multifinance akan bagus karena memang ada beberapa multifinanceyang punya performa bagus di bursa,” jelas Wiwie Kurnia, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
Melihat indikasi ini, ke depan tentu kesempatan multifinance menuju bursa akan semakin terbuka lebar. Terlebih jika melihat industri multifinance yang terus bertumbuh sehingga ekspansi bisnis pun akan terus meningkat.
Meski, sekali lagi, keputusan untuk terjun ke bursa sangat dipengaruhi oleh besar-kecilnya perusahaan, ekspansi bisnis, dan kebutuhan akan sumber dana.
0 komentar:
Posting Komentar