- TIADA KEBAHAGIAN YANG PALING INDAH, SELAIN KEINDAHAN BERBAGI DAN BERMANFAAT BAGI SESAMA - THE MOST BEAUTIFUL THINGS OF HAPPINESS, EXCEPT BEAUTY OF SHARE AND USEFUL FOR OTHERS, WARM REGARDS : ELJUNI EDIN GIRSANG, FACEBOOK : http://www.facebook.com/eljuni.girsang, MYSPACE : http://www.myspace.com/eljuni.girsang, TWITTER : http://www.twitter.com/ELJUNI_EG, YOUTUBE CANAL : http://www.youtube.com/TheEljuni -

Sabtu, 12 Februari 2011

Bisnis Multifinance Tembus Aset Rp 230 Triliun Di Tahun 2010


[Lzoonie]: Aset industri perusahaan pembiayaan (multifinance) pada 2010 tembus mencapai Rp 230 triliun. Aset tersebut tumbuh 31,85% dibandingkan akhir 2009 senilai Rp 174,44 triliun. Pencapaian tersebut sesuai target pertumbuhan aset industri yang ditetapkan untuk tahun lalu. “Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI) terbaru, total aset sudah mencapai target yang kami perkirakan tahun lalu,” kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Wiwie Kurnia usai jumpa pers mengenai UU Fidusia dan Pembiayaan di Jakarta. Wiwie memaparkan, sepanjang 2010 industri membukukan pembiayaan sebesar Rp 186 triliun. Realisasi pembiayaan tersebut meningkat 30,49% dibandingkan 2009 senilai Rp 142,53 triliun. Total pembiayaan 2010 terbesar disumbangkan oleh pembiayaan konsumen mencapai Rp 123 triliun, yang meningkat 32,18% dibandingkan 2009 senilai Rp 93,05 triliun. Sisanya dikontribusi oleh sewa guna usaha (pembiayaan alat berat) sebesar Rp 52 triliun, meningkat 11,77% dibandingkan 2009 senilai Rp 46,52 triliun. Sedangkan dua bisnis industri lainnya yakni anjak piutang (factoring) dan kartu kredit menurun dibandingkan 2009. “Pembiayaan anjak piutang tercatat senilai Rp 1,9 triliun, turun 6,35% dibandingkan 2009 sebesar Rp 2,02 triliun. Kartu kredit senilai Rp 861 miliar, turun 8,01% dibandingkan 2009 sebesar Rp 930 miliar,” kata Wiwie. Industri multifinance membukukan laba bersih 2010 sebesar Rp 8,9 triliun. Sedangkan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tercatat 1,3%. Menurut Wiwie, tingkat NPL tahun lalu dinilai luar biasa rendah. Realisasi NPL tersebut turun dibandingkan dengan NPL 2009 yang mencapai 1,9%. Tahun ini, APPI menargetkan NPL setidaknya sama dengan tahun ini, dengan batas atas sekitar 1,6%. “Tapi jika pada Desember 2010 saja bisa 1,3%, saya kira angkanya tidak akan jauh. Industri sudah komitmen untuk berhati-hati menyalurkan pembiayaan sejak diterpa krisis 2008,” kata Wiwie. Pihaknya belum berencana mengubah target aset 2011. Tahun ini APPI menargetkan aset industri mencapai sebesar Rp 275 triliun, tumbuh sekitar 20% dibandingkan 2010. Namun, pihaknya tidak menetapkan target untuk pembiayaan. Sebab, pihaknya memilih untuk sejalan dengan target regulator yang mengacu pada pertumbuhan aset. Dia menilai, meningkatnya harga komoditas tahun ini berpotensi memicu pertumbuhan pembiayaan sewa guna usaha dan pembiayaan konsumen, misalnya pembiayaan mobil dan motor. Pasalnya, para petani perkebunan di daerah mendapatkan keuntungan besar dengan mencuatnya harga komoditas seperti kelapa sawit. Pertimbangan Suku Bunga Pada kesempatan itu, Wiwie berharap bank tidak menaikan suku bunga pinjaman yang dilempar kemultifinance. Hal ini terkait kenaikan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 6,75%. Jika terpaksa dinaikkan, besar kemungkinan tidak akan menyulitkan di tengah pertumbuhan ekonomi yang cenderung positif. “Kami memang berharap agar bank mempertimbangkan soal kenaikan suku bunganya. Namun, jika kuartal II-2011 suku bunga naik sekitar 0,5% atau 50 bps, kami juga terpaksa menaikkan (suku bunga pembiayaan). Tapi ada jeda waktu untuk penyesuaian kenaikan bunga, sekitar 2-3 bulan,” jelas dia. Dia mengakui, banyak bank yang kemungkinan tidak akan menaikkan bunga kredit jika BI rate masih di bawah 50 bps. Sebab itu, pihaknya menunggu langkah perbankan. Target pertumbuhan aset industrimultifinance belum akan direvisi, meskipun suku bunga naik di atas 0,5%. Saat ini, cost of fund perusahaan pembiayaan rata-rata sekitar 10-12%. Sementara salah satu kebijakan pemerintah yang dianggap bisa mempengaruhi pertumbuhan industri multifinance, yakni penerapan pajak progresif untuk mobil. Padahal, pihaknya berharap pemerintah tidak membuat kebijakan yang membebani nasabah. Dengan pajak progresif, nasabah multifinance akan berpikir dua kali untuk membeli mobil. Dia menambahkan, penerapan kebijakan pajak progresif berdampak pada penurunan bisnis pembiayaan mobil sekitar 10% pada 2011. “Kami sudah memperhitungkannya dengan para Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM). Kami harap, pemerintah tidak hanya memikirkan satu arah saja yakni pendapatan negara. Sebab dampaknya bisa menurunkan volume industri”.



0 komentar:

Posting Komentar

Teamwork Quotes

SHARING DOCUMENT

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More