[Lzoonie] :Penurunan laba empat perusahaan pembiayaan besar menekan pertumbuhan laba bersih indusiri pembiayaan secara keseluruhan hingga turun 3,38% menjadi Rp.2.92 triliun pada semester 1/2011. dari Rp.3,02 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan laba bersih tersebut terjadi di tengah kenaikan pendapatan usaha gabungan seluruh perusahaan. Berdasarkan penelusuran laporan keuangan yang direkapitulasi dari 17 perusahaan pembiayaan, pendapatan usaha naik 21,51% dari Rp. 10.63 triliun pada semester 1/2010 menjadi Rp.12,92 triliun pada semester 1/2011.
Tingginya beban usaha menyebabkan laba bersih tergerus di tengah kenaikan pendapatan.
Sepanjang paruh pertama 2011, beban usaha perusahaan terbuka multifinance naik 36,33% dari Rp.6,65 triliun menjadi Rp.9,07 triliun.
Meskipun sebanyak 13 perusahaan mengalami kenaikan laba bersih dengan kisaran mulai dari 4.32%-108.45%. penurunan laba dari empat perusahaan besar berhasil menekan pertumbuhan laba bersih industri secara keseluruhan.
Keempat perusahaan tersebut yaitu :
- PT Summit Oto Finance yang kehilangan laba bersih sebesar 72.97% dari Rp.318,9l miliar (semester 1/20101 menjadi Rp.86,20 miliar (semester 1/2011),
- PT Oto Multiartha (-5328% dari Rp.357,34 miliar menjadi Rp.l66,94 miliar),
- PT Danasupra Erapacific Tbk (-52,71 % dari Rp.9.04 miliar menjadi Rp495,72 juta), dan
- PT Batavia Prosperindo Tbk (-7,95% dari Rp. 13,39 miliar menjadi Rp. 12.33 miliar).
Sementara itu. nilai aset seluruh emiten multifinance tersebut tumbuh 18,98% dari Rp. 88,22 triliun menjadi Rp.lO4.97 (riliun dan liabilitas tumbuh 24,97% dari Rp.64,68 triliun menjadi Rp.80,83 triliun.
Anta Winarta, Direktur Utama PT Bess Finance, mengakui memang ada potensi penurunan tetapi tidak terlalu tinggi. Sampai saal ini. lanjutnya, pasar pembiayaan kendaraan bermotor belum jenuh.
"Ada potensi bubble. Tapi kalau dibilang pasar sudah jenuh sebenarnya tidak, karena pertumbuhan penjualan mobil dan motor terus naik setiap tahun, ujarnya.
Dia menilai penurunan laba bersih gabungan perusahaan multifinance dapat dicermati sebagai penurunan margin perusahaan. Hal itu terutama dipicu pemaksaan penyaluran pembiayaan kendaraan bermotor besar-besaran sehingga menimbulkan koreksi margin.
"Banyak perusahaan memaksa pembiayaan bahkan dengan uang muka kecil. Akibatnya margin pendapatan berkurang. Saya menilai wacana menaikkan uang muka [down payment/DP] kredit oleh Bank Indonesia dapat menjadi solusi," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar