- TIADA KEBAHAGIAN YANG PALING INDAH, SELAIN KEINDAHAN BERBAGI DAN BERMANFAAT BAGI SESAMA - THE MOST BEAUTIFUL THINGS OF HAPPINESS, EXCEPT BEAUTY OF SHARE AND USEFUL FOR OTHERS, WARM REGARDS : ELJUNI EDIN GIRSANG, FACEBOOK : http://www.facebook.com/eljuni.girsang, MYSPACE : http://www.myspace.com/eljuni.girsang, TWITTER : http://www.twitter.com/ELJUNI_EG, YOUTUBE CANAL : http://www.youtube.com/TheEljuni -

Jumat, 19 Agustus 2011

KONTROVERSI BANK SENTRAL (BANK INDONESIA) NAIKKAN DP MINIMUM, MEMBUAT GELISAH BISNIS MULTIFINANCE DAN OTOMOTIVE

[Lzoonie] :Wacana kenaikan uang muka kredit kendaraan yang digelontorkan Bank Indonesia terus menjadi kontroversi. Untuk industri roda dua, kenaikan uang muka diprediksi akan memukul penjualan. Pasar motor pun diprediksi akan turun hingga 30 persen bila wacana ini jadi kenyataan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Senior General Manager Sales Division PT Astra Honda Motor (AHM) Sigit Kumala kepada detikOto di Jakarta.

"Wah, bisa repot industri motor. Sekarang saja kita masih dipusingkan dengan kenaikan BBN (Bea Balik Nama), kalau ditambah ini, bisa makin repot. Turunnya bisa 30 persen," ungkap Sigit.

Sigit lalu menjelaskan kalau kenaikan BBN sebesar 50 persen dari 10 persen ke 15 persen saja terhitung sudah mengganggu penjualan. Apalagi ditambah kenaikan lain.

"Kenaikan BBN sudah beberapa bulan saja kita masih terpukul sampai sekarang. Padahal baru 13 provinsi yang menerapkannya, masih ada 20 provinsi lagi yang belum siap, itu saja masih kita pikirkan, eh sudah ada wacana seperti ini," keluhnya.

Alasan Bank Indonesia yang menganggap industri otomotif Indonesia akan mengalami bubble (gelembung) pun dianggap adalah sebuah ketakutan yang berlebihan.

"Karena saya sudah bicara dengan beberapa pengamat dan semuanya ngomong kalau NPL (Non Performing Loan) kita masih aman, masih di bawah 2 persen," tandasnya.

Honda sendiri di bulan Juli berhasil menjual 363.400 motor dengan total 2.464.003 motor selama 2011 ini.

Sebelumnya BI mewanti-wanti terjadinya bubble (gelembung) di sektor otomotif. Beberapa perubahan tengah disiapkan seperti rencananya menaikan uang muka kredit kendaraan lebih besar.

"Misalnya kita mau beli mobil kan bank bayarin 90% kita bayar 10% makanya kita nanti down payment diperbesar. Angkanya nanti yah," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Agus Sarwono beberapa waktu lalu.

Selama ini kata Hartadi ada yang namanya loan to value ratio. Konsep itu diakuinya memang belum diterapkan secara sistematis, namun secara rata-rata menggunakan komposisi kredit bank 90% dan 10% uang konsumen.

Pro-kontra pun muncul. Para pelaku industri otomotif baik roda empat maupun roda dua beramai-ramai menolak wacana tersebut karena akan membuat lesu industri otomotif Indonesia yang sedang bergairah.

Dan sebagai informasi, pasar otomotif di Indonesia tahun 2011 ini diperkirakan akan mampu menyerap 830 ribu mobil dan 8 jutaan motor.

SOURCE : http://us.oto.detik.com/read/2011/08/11/145556/1701617/1208/uang-muka-naik-penjualan-motor-turun-30?hlutama
Hal senada juga disuarakan oleh bisnis otomotive roda empat, “Kalau wacana ini benar-benar terjadi dunia otomotif bisa menjadi jeblok hingga 30 persen, impactnya akan luar biasa. Terlebih lagi untuk kendaraan yang berharga Rp 150 jutaan, dampaknya bisa turun 50-55 persen," ungkap Vice President Director PT. Hyundai Mobil Indonesia Mukiat Sutikno di Jakarta.

"Dan saya rasa ini bukan keputusan yang tepat, maaf misalnya seperti ini, kita tahu merek Jepang sedang melakukan investasi tapi kalau itu (uang muka) dinaikkin buat apa ivestasi tersebut. Karena secara otomatis employee-nya meningkat tapi kalau market-nya jeblok, ATPM lainnya jadi mikir untuk berinvest kembali,” jelas Mukiat.

Sebelumnya BI mewanti-wanti terjadinya bubble (gelembung) di sektor otomotif. Beberapa perubahan tengah disiapkan seperti rencananya menaikan uang muka kredit kendaraan lebih besar.

Bila sebelumnya BI mengatur uang muka minimal untuk mendapat kredit kendaraan adalah 10 persen dari harga, maka BI akan menaikkan angka tersebut. Namun bagi mukiat, hal itu bukanlah keputusan yang tepat.

"Menurut data, kalau tidak salah, yang tidak mampu bayar cicilan (Non Performing Loan/NPL) itu hanya 1,5 persen, ini sangat kecil. Kecuali mencapai 15 persen baru kita mencari cara untuk menanggulanginya dan (saat) ini tidak akan terjadi buble. Karena leasing dan bank itu sendiri pun telah melakukan seleksi yang tepat, jadi kenapa industri otomotif kita yang sedang membaik seiring dengan ekonomi kita yang membaik juga harus tertahan,” tutupnya.



0 komentar:

Posting Komentar

Teamwork Quotes

SHARING DOCUMENT

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More